Emiten Kendaraan Listrik Grup Bakrie Fokus Penjualan EV Komersial B2B

Bisnis

Emiten kendaraan listrik Grup Bakrie PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) fokus pada penjualan electric vehicle (EV) komersial Business to Business (B2B). Hal itu disampaikan Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono dalam laporan keuangan konsolidasi periode kurtal I 2024, Senin (29/4/2024). Pihaknya mencatat adanya penjualan disegmen EV pada kuartal I 2024, berbeda dengan periode sebelumnya yang masih nihil.

Adapun laporan keuangan konsolidasi perusahaan mencatat pendapatan bersih sebesar Rp205 miliar selama kuartal I 2024, turun dari Rp292 miliar dibanding periode sebelumnya. Penurunan pendapatan utamanya disebabkan oleh penurunan penjualan dari bisnis manufaktur suku cadang seiring dengan penurunan penjualan kendaraan nasional di kuartal tersebut. “Dari segmen penjualan EV, di sepanjang kuartal I 2024, Perusahaan semakin menguatkan ekspansi portofolio klien B2B yang memiliki visi ke arah keberlanjutan yang semula hanya B2G (Business to Government),” ucap Gilarsi.

Kymco Boyong Skuter Listrik Agility EV, Ramaikan PEVS 2024 Harga Mobil Listrik Wuling Terbaru Mei 2024: Wuling Air EV Rp 243 Juta, Wuling Binguo EV Rp 358 Juta Percepatan Ekosistem Kendaraan Ramah Lingkungan di Bontang, PLN Populerkan Trend Kendaraan Listrik

SUV Listrik Chery Omoda E5 Sudah Dipesan 3.600 Unit, 17 Diler Bisa Layani EV Keeway EV Geber Pasar Motor Listrik dengan 4 Model Anyar yang Ikonik, Harga Mulai Rp 14,8 Jutaan Kolaborasi PEVS dan Asia Bike Dongkrak Minat pada Kendaraan Listrik

Pemprov Kaltim Mulai Pakai Mobil Listrik untuk Kendaraan Dinas 2025 Hal ini tercermin dari kelanjutan penjualan bus listrik kepada perusahaan swasta sepanjang kuartal tahun ini. “Menjadi pionir di dalam segmen EV Komersial di Indonesia memang penuh dengan tantangan. Oleh sebab itu, VKTR terus berupaya untuk memberikan solusi permasalahan industri EV dari segi manufaktur hingga pembiayaan untuk mengakselerasi adopsi EV di Indonesia,” imbuhnya.

Beberapa kerja sama telah dijajaki oleh Perusahaan pada 1Q24 untuk mendorong adopsi dan penjualan EV di Indonesia, seperti pembangunan JV (Joint Venture) dengan salah satu perusahaan distributor kendaraan terkemuka di Indonesia untuk memaksimalkan kanal penjualan; serta menandatangani kerjasama strategis dengan salah satu BUMN terbesar di Indonesia untuk solusi green financing melalui skema e MaaS (electric Mobility as a Service). Beberapa hal menjadi faktor penurunan penjualan kami sejalan dengan penurunan di industri automotif nasional, seperti Pemilihan umum Presiden yang terjadi pada 1Q24 yang menyebabkan banyak pihak melakukan wait and see approach. Selain itu, ketidakpastian kondisi makro global di tengah memanasnya kondisi geopolitik di Timur Tengah yang berdampak pada pelemahan rupiah menyebabkan melemahnya daya beli konsumen. Namun, di tengah kondisi eksternal yang menantang, segmen manufaktur suku cadang mampu mendorong peningkatan marjin berkat pengendalian keuangan yang baik.

Dari segi EV, kami tetap konsisten untuk menyelesaikan progres pembangunan Fasilitas Kendaraan Listrik Komersial Berbasis CKD (Completely Knock Down) Pertama di Indonesia di Magelang agar berjalan sesuai dengan rencana pembangunan yang ditargetkan selesai pada bulan September 2024. Fokus VKTR saat ini adalah memastikan progres pembangunan Fasilitas CKD kami di Magelang berjalan tepat waktu. “Fasilitas ini akan menjadi pusat perakitan kendaraan listrik komersial dengan TKDN minimal 40 persen, sehingga memberikan dampak pada keterjangkauan harga untuk konsumen, dan peningkatan margin untuk perusahaan”, ujar Gilarsi. Perusahaan terus mendukung pihak yang ingin merealisasikan target Net Zero Emissions mereka.

Dari total 60 bus VKTR yang telah beroperasi dengan jarak tempuh 5.432.358 Km (per 15 April 2024), estimasi internal kami jumlah karbon yang berhasil dikurangi sebanyak 5.200 ton CO2 (dengan asumsi faktor konversi 2,68 kg CO2/liter, dan konsumsi solar 2,8 km/liter). Untuk menyerap CO2 sebesar 5.200 ton, dibutuhkan sekitar 5.627 hektare vegetasi untuk menyerap 5.200 ton CO2, atau setara dengan 237 ribu pohon yang harus ditanam untuk menyerap emisi CO2 tersebut (asumsi 1 pohon dewasa menyerap 22 kg CO2 selama 20 tahun).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *